Dari Bangsa untuk Rakyat dan Dari Rakyat untuk Indonesia

Saat ini banyak sekali kita mendengar keluhan dari berbagai masyarakat tentang kinerja pemerintah. Mulai dari biaya hidup mahal, gaji kecil, banyak koruptor, hingga saran publik yang sangat tidak memadai. Tidak bisa dipungkiri saat ini kinerja pemerintah cenderung menurun dibanding masa pemerintahan 5 tahun yang lalu. Pertubuhan ekonomi dan kebijakan bertajuk prorakyat pada masa 2004-2009 bisa dimasukkan kategori cukup baik. Lain halnya dengan masa 2009 hingga saat ini, terlalu banyak kebijakan yang ambigu dan tidak jelas peruntukanya.

Bahasan mengenai korupsi, mafia pajak, dan PSSI memang menarik tapi terlalu berat bila dibahas dari opini pribadi. Penilai subjektif saat ini sangat sulit diterima masyarakat dan cenderung memandang perbedaan sebagai lawan. Maka pada saat ini saya memilih untuk membahas hitung-hitungan sederhana mengenai apa yang kita beri dan kita dapatkan dari bangsa ini.

Apa yang kita beri pada Negara.?

Banyak jawaban berbeda muncul dari setiap individu. Setiap orang mempunyai kontribusi tersendiri bagi Indonesia, berbeda tapi tetap satu tujuan yaitu memajukan bangsa. Dari sekian banyak perbedaan, ada hal yang sama dilakukan oleh warga negara untuk bangsanya, yaitu pajak. Setiap warga negara yang telah mempunyai penghasilan diwajibkan membayar pajak sesuai ketentuan UU. Ada beberapa jenis pajak yang wajib dibayar, dari yang dibayar rutin dalam rentang waktu tertentu hingga pajak khusus. untuk memudahkan hitung-hitungan, saya hanya menggambil 3 jenis pajak, pajak penghasilan, pajak kendaraan. dan PPN.

Pertama kita lakukan perhitungan pajak secara sederhana.

Misal NN seorang pekerja tetap yang sudah menikah dengan gaji Rp 2.000.000/bulan. Memiliki sepeda motor diwajibkan membayar pajak kendaraan sebesar Rp. 170.000.

Berdasarkan Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) pendapatan samapi dengan 50 juta dikenakan pajak sebesar 5%, dengan pendapatan tidak kena pajak (PTKP) orang pribadi sebesar Rp. 15.840.000/tahun dan istri Rp. 1.320.000.

Gaji setahun = Rp. 24.000.000

PTKP = Rp. 15.840.000 +Rp. 1.320.000

Pendapatan kena pajak = Gaji setahun – PTKP = Rp. 8.160.000

PPh 21 Setahun = 5% x Rp. 684.000 = Rp 342.000

Sisa gaji yang bisa digunakan = Rp. 1.658.000

Setiap bulan NN selalu membeli barang/jasa yang kena PPN sebesar Rp. 700.000.

PPN = 10% x Rp. 700.000 = Rp. 70.000

PPN Setahun = Rp. 840.000

Total pajak setahun yang harus dibayar = Rp 342.000 + Rp. 840.000 + Rp. 170.000 = Rp 1.352.000

Apa yang diberi Negara untuk kita.?

Sama seperti pertanyaan apa yang kita beri untuk negara, apa yang negara beri untuk kita pun sangat banyak. Pemberian negara bisa berupa subsidi, biaya pendidikan, jaminan kesehatan, jaminan ketahan pangan, keamanan, sarana umum, jalan, dan lainnya. Kalau dihitung semuanya akan menjadi sangat sulit karena angkanya terlalu komplek. Maka kita ambil saja satu hal paling umum dan bisa dihitung secara matematis yaitu BBM.

Premium dijual dengan harga Rp 4.500/liter. Harga ini berada dibawah patokan harga keekonimian premium subsidi APBN 2011 sebesar Rp 5.600/liter (saat harga minyak dunia US$80 per barel). berarti setiap liter negara menambahkan Rp 1.100/liter. Sementara pada 2011 harga rata-rata BBM berada dikisaran US$ 90 – 100 ( harga keekonimian premium saat ini Rp8.300)*. Untuk menyederhanakan perhitungan, kita asumsikan saja pemerintah memberikan subsidi Rp. 2.000/liter

Misal setiap bulan NN menghabiskan 25 liter premium.

Subsidi tiap bulan = 25 x Rp 2.000 = Rp 50.000

Subsidi setahun = Rp. 600.000

Dari hitung-hitungan diatas tergambar bahwa apa yang kita beri lebih banyak dibanding apa yang kita terima. Sebesar Rp 752.000 yang kita bayarkan masuk ke kas negara. Lalu apakah ini bisa menggambarkan kita berada dalam posisi Rugi.?

Secara yakin saya jawab Tidak, malah kita Untung.

Selisih uang yang masuk ke kas negara itu harus diupayakan pemerintah untuk membayar gaji pemerintah mulai dari presiden sampai kepala desa, subsidi pangan, pemerataan pembangunan, peningkatan sarana jalan dan jembatan, pendidikan, kesehatan, persenjataan dan keamanan, dan banyak lagi lainnya. Jumlah itu bisa dipastikan sangat kecil untuk membiayai ini semua. Belum lagi saat ada orang-orang tidak bertanggung jawab/sampah masyarakat yang mengambil keuntungan pribadi dari Rp 752.000 tersebut.

Sejak kecil selalu ditanamkan bahwa bangsa ini sangat kaya. Emas berlimpah, minyak dan gas dimana-mana, potensi alam yang sungguh indah, tanah subur. Tapi apalah arti semua itu kalau kita hanya berharap diberi. Suatu saat pasti semua itu akan habis dan apalagi yang bisa diberikan untuk kita.

Mari memberi, jangan hanya menjadi penerima. Memberi tidak selalu dalam bentuk uang. Banyak hal yang bisa kita beri pada bangsa ini. Kejujuran salah satu harga yang bernilai mahal yang bisa kita berikan. Ketertiban dan Keteraturan bisa menjadi cambuk pemicu kemajuan bangsa. Bagi pemimpin bisa memberi dengan tanggungjawab dan sikap amanah pada rakyat, bagi rakyat bisa memberi dengan ketaatan pada aturan dan saran yang membangun bagi pemerintah.

Mari bersama Jauhi Korupsi, Sayangi Lingkungan, dan Bimbing generasi selanjutnya untuk lebih banyak memberi bukan meminta.

Jadikan berjuta perbedaan untuk kesejahteraan

Indonesia Pasti Jaya..

Bukittinggi, Mengenang Masa Lalu


Uda uni sadonyo, ambo mohon ijin untuak babagi saketek tentang kampuang ambo. semoga bisa maubek saro rindu urang nan dirantau, bisa jadi palajaran untuak kito mengana sejarah maso kejayaan Bukittinggi tacinto.
Ambo berharap urang nan alun pernah ka bukittinggi jadi punyo keinginan untuak datang ka bukit.

Kota Bukittinggi adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Barat, Indonesia.

Kota ini sebelumnya disebut dengan Fort de Kock dan dahulunya pernah juga dijuluki sebagai Paris van Sumatra, dan kota Bukittinggi juga pernah menjadi ibukota negara Indonesia.

Kota ini merupakan kota kelahiran salah seorang Proklamator RI yaitu Bung Hatta, disebut juga sebagai kota pusaka[3] dengan Jam Gadang, yaitu sebuah landmark di ketinggian jantung kota, berbentuk jam besar mirip Big Ben yang bernama Jam Gadang, sekaligus menjadi simbol bagi kota yang juga berada pada tepi sebuah lembah yang bernama Ngarai Sianok.

Selain itu kota Bukittinggi juga terkenal sebagai kota wisata yang berhawa sejuk, dan bersaudara (sister city) dengan Seremban dari Negeri Sembilan di Malaysia.

Kemegahan kota kelahiran saia yang telah berjaya semenjak Indonesia belum merdeka..
Semoga bisa menjadi masukan bagi agan dan aganwati untuk berkunjung ke Kota Wisata ini..

Foto Bukittinggi Zaman Dulu

Continue reading

Hibernasi Untuk Introspeksi

Happy 3th Anniversary..!!

Itulah kata pembuka dari hibernasi panjang PengenNulis selama ini. Maret 2008 blog ini lahir saat hasrat menulis bebas yang sangat tinggi. Namun hadangan kepadatan jadwal dan buruknya managemen waktu mengakibatkan blog ini menjadi korban tak langsung bersama beberapa blog lain.

Butuh 2tahun lebih untuk dapat kembali ke blog ini, dan menemukan banyak kejutan dari antusias blogger pada PengenNulis.worspress.com. Banyak komentar, masukan, kritik, dan saran yang selama terabaikan. Banyak ungkapan kekecewaan yang tidak terobati. Sebuah kesalahan dalam dunia blog yang dijamin mampu meruntuhkan popularitas suatu blog. Inkonsistensi, yang bisa berakibat kehilangan pembaca dan para guru yang biasa memberikan komentar serta masukan.

Semoga kedepan blog ini bisa lebih aktif dalam berbagi pengetahuan ataupun semua hal yang bisa menjadi bagian kecil dalam dinamika dunia blog di Indonesia. Menghadirkan tulisan personal dari seorang warga negara yang masih belajar menyusun kata dan ungkapan.

Tahun ketiga semoga menjadi tahun yang lebih baik.,mohon do’a, masukan, dan komentar yang membangun..

hallo

hallo semua…

Seperti blog sebelumnya., blog inipun dimulai dengan penuh semangat dan optimisme tinggi. Saya optimis akan rajin menulis dan berbagi disini, optimis dapat berbagi waktu untuk mengurus dan meramaikan blog ini..

So.,kita liat saja kedepannya..